Monday, September 27, 2010

Baik itu relatif

“Aku hanya berharap kamu dapet yang lebih baik dari aku. Aku tau sebenernya kamu baik. Tapi aku gak nyangka aja kamu tega bohongin aku,maenin perasaan aku. Seandainya kamu ada di posisi aku,kamu akan tau gimana sakitnya hati aku. Semoga kamu gak akan pernah diperlakukan orang lain seperti kamu memperlakukan aku. Jaga diri kamu!”

Mungkin sebagian orang pernah denger serangkai kalimat itu dari orang yang pernah dikecewakan atau bahkan pernah jadi orang yang pernah ngucapin itu ke orang yang membuat kita merasa kecewa. Tapi kalau gue dapet rangkaian kalimat itu dari status FB salah satu temen gw. Rangkaian kalimat itu dia tujukan buat pacarnya. Eh..kurang tau juga deh masih pantes disebut pacar atau mantan pacar,soalnya hubungannya masih complicated seh. Hehehehe.
Pasti tau lah apa maksud dari rangkaian kalimat itu? Biasanya sih orang yang ngeluarin rangkaian kalimat itu minta hubungannya diakhiri aja. Alasannya ya seperti yang ada di rangkaian kalimat itu. Tapi kalau dipikir-pikir rangkaian kalimat itu aneh. Gw bilang aneh karena di dalam rangkaian kalimat terdapat satu kalimat yang berbunyi “aku tau seenernya kamu baik” jelas merupakan satu kalimat yang kontras dengan beberapa kalimat setelahnya,dimana sang perangkai merasa telah dibohongi dan merasa disakiti oleh cara seseorang memperlakukan dia. Kenapa sang perangkai mesti bilang kalau seseorang yang udah bohongin dia dan membuat dia sakit hati dengan cara orang yang dia maksud memperlakukan dia adalah seseorang yang sebenarnya baik? Apa makna baik yang sebenarnya?... kalau memang orang yang dia maksud adalah orang yang sebenearnya baik kenapa juga ia harus merasa telah disakiti? Aneh kan. Kalo gw jadi sang perangkai kata yang dikecewakan gw langsung bilang pada intinya aja,gak usah pake basa-basi segala lah. Toh bilang jujur dan apa adanya itu lebih baik meskipun menyakitkan. Kalo sang perangkai kalimat itu bilang seseorang yang telah membuat dia merasa sakit hati adalah seorang yang baik berarti dia juga telah menjadi pembohong bagi dirinya sendiri dan untuk seseorang itu. Karena pada kenyataannya seseorang itu bukan orang yang baik. Kalo gw jadi sang perangkai kalimat itu mungkin rangkaian kalimatnya akan berubah menjadi “udahlah kita udahan aja. Kamu bukan orang yang baik buat aku. Kamu cuma orang yang gak bisa menghargai aku,kamu cuma orang yang bisanya bohongin aku. Aku yakin kamu bisa ngerti perasaan aku andai kamu ada di posisi aku. Udah kita jalan masing-masing aja. Semoga kamu bisa dapetin orang yang lebih bodoh dari aku yang selalu bisa kamu bohongin” tapi untungnya gw belum pernah jadi orang yang merasakan apa yang dirasakan sang perangkai kalimat itu. Kalo aja suatu saat nanti ngerasain apa yang dia rasain gak akan deh gw basa-basi buat kata-kata manis kaya dia. Kata basa-basi itu cuma buat orang yang udah nyakitin kita bangga sama apa yang udah dia lakukan karna dia pasti berpikiran selama gw masih dinilai baik gak ada salahnya ngulangin kesalahan yang sama. Dan akhirnya dia tetep jadi orang yang slalu ngulang kesalahan yang sama dan gak pernah berubah.
Baik itu relatif. Dipandang darimana aja setiap orang bisa menilai orang lain adalah orang yang baik. Tapi kalau gw mau nilai orang baik menilainya lewat nilai kebenaran.
27 september 2010
Indri yang sebenarnya bukan anak baik karena terkadang masih suka bohong. Hehehehehe. 