Wednesday, January 5, 2011

Yang terlupakan tapi tetap terbaik



Sejak di rumah ada masalah besar yang membuat saya merasa harus meninggalkan fasilitas yang biasa menemani saya setiap hari pergi dan pulang kampus,hari ini tepat seminggu saya tanpa fasilitas tersebut.  Niat hati mau dijemput setelah turun dari kereta di Stasiun Tebet,tapi ternyata harus naik angkot karena orang yang janji menjemput saya tiba-tiba berhalangan. Jujur saya sempet kesal karena tidak jadi dijemput, tapi gak adil kalau saya harus kesal kepada seseorang untuk kesalahan yang tidak pernah dia rencanakan. Akhirnya dengan lapang hati saya melangkahkan kaki menaiki metromini 52 jurusan Tebet-Stasiun Cakung. Ketika metromini mengetem di kawasan Kp. Melayu ada dua orang pemuda naik dan mulai bersenandung dengan diiringi gitar dan biola. Awalnya saya sama sekali tidak tertarik dan lebih memilih untuk tidur namun ketika di pertengahan lagu saya merasa mengenal cara khas menggesek biola yang sedang dimainkan dan sayapun mengangkat kepala saya dan melihat ke arah kedua pemuda tersebut,ternyata perkiraan saya benar. Saya mengenal salah satu pemuda yang memainkan biola dan dia adalah Vhirly,seorang musisi jalanan yang saya kenal sejak tiga tahun lalu tapi sudah dua tahun ini tak pernah saya jumpai lagi.
Pertemuan saya sore tadi dengan Vhirly mengingatkan saya pada biola yang tergantung di sudut kamar. Mungkin karena gitar sudah tidak ada lagi,sehingga tangan saya mulai merindukan memainkan alat musik atau mungkin saya sedang penat dengan rutinitas dan semua masalah saya. Biasanya di saat-saat seperti ini saya memetik gitar atau menggesek biola hanya untuk menghibur diri.
Sejak melihat adik sepupu yang mahir bermain biola saya jadi sangat tertarik untuk bisa mahir memainkan biola,dengan keinginan yang besar ketika saya kelas 2 SMA saya meminta biola sebagai kado ulang tahun saya. Setahun biola itu saya diamkan saja di kamar saya,tak pernah saya sentuh. Baru saya sentuh ketika saya mengenal Vhirly tepat di awal saya naik ke kelas 3 SMA,saya mengenal dia di dalam metromini 52. Ketika itu saya tertarik melihat dia yang sepenuh hati bermain biola. Selesai dia mengamen saya langsung turun menghampiri dia,tanpa malu saya memperkenalkan diri saya dan mengatakan dengan jujur kalau saya kagum melihat dia bermain biola. Mulai dari perkenalan itulah akhirnya keinginan saya bermain biola tersalurkan. Sampai enam bulan saya belajar biola dari Vhirly,akhirnya sayapun sedikit-sedikit bisa bermain biola tapi hanya sekedar bisa,itupun hanya bisa satu lagu saja,yaitu lagu “twinkle-twinkle little star”.
Lalu karena mendekati berbagai macam ujian kelulusan,saya semakin sibuk dengan semua persiapan ujian. Mulai dari pendalaman materi sampai segala macam try out yang diadakan oleh pihak sekolah harus saya ikuti, saya mulai tak lagi punya waktu untuk datang menemui Vhirly di tempat kami biasa belajar biola. Sejak kesibukan menghadapi berbagai macam ujian kelulusan,biola yang selama 6 bulan ada bersama saya tiba-tiba terlupakan begitu saja dan sampai hari ini tergantung di sudut kamar. Biola hanya sesekali saja saya mainkan,itupun tak pernah lama. Sepuluh menit saja sudah bagus. Paling teman saya yang memainkan,kalau teman saya butuh biola untuk suatu acara tertentu,mereka suka pinjam berhari-hari.
Yup! Biola saya sudah sangat lama tergantung saja di sudut kamar,tak pernah tersentuh oleh tangan saya. Dan baru sore ini,sejak saya kembali bertemu Vhirly hasrat untuk kembali akrab dengan biola mulai tercipta,sayapun mulai memainkan biola saya kembali dengan lagu yang sama dari awal saya mulai bisa bermain biola,yaitu “Twinkle-twinkle little star”. Agak kaku memang suara gesekkan dari setiap dawainya tapi setiap denting suara yang tercipta membuat semua rasa penat saya meluruh dan setiap dentingnya juga menghamburkan kenangan pada seorang Vhirly,pemuda bersahaja dan penuh talenta yang selalu bersyukur ketika harus hidup dalam kekurangan. Sayapun tersadar kalau hidup itu penuh warna dan hati saya terasa begitu hangat.
Entah bagaimana seandainya saja biola punya hati dan pikiran. Bisa saja dia sebal dan kecewa ketika saya tak pernah menyentuhnya. Dan bisa saja sore ini sebenarnya ia sangat marah karena saya menyentuhnya hanya waktu sedang penat dengan rutinitas dan semua masalah yang ada. Kalau dia bisa bicara mungkin dia akan bilang: “kalau ada maunya saja kamu datang menghampiri aku.”
Dari biola saya belajar hal penting. Sekalipun saya melupakan selama beberapa waktu,biola masih tetap memberi yang terbaik. Dawainya masih kuat dan tetap menghasilkan suara yang jernih saat aku gesek. Biola adalah benda mati,sangat mudah untuk tetap “memberi yang terbaik”. Tak akan pernah ada perasaan marah atau jengkel yang mempengaruhinya saat ingin memberi yang terbaik. Saya pikir sama sekali tidak ada salahnya kalau saya belajar dari sebuah benda mati seperti biola: tetap memberi yang terbaik ketika saya dikecewakan,dilupakan,dihindari bahkan dibenci sekalipun. Pertemuan saya sore ini dengan Vhirly menghasilkan buah baik,saya kembali punya hasrat untuk akrab kembali dengan biola dan biola mengajarkan saya untuk tetap memberikan semua yang terbaik dari dalam diri saya apapun keadaan yang saya hadapi. Terima kasih Tuhan telah mempertemukan saya dengan Vhirly,terima kasih Vhirly telah membangunkan kembali hasrat saya untuk akrab kembali dengan biola saya dan terima kasih biola untuk pelajaran berharga yang boleh saya dapat dari keberadaanmu. Tanpa Tuhan yang mempertemukan saya dengan Vhirly,tanpa Vhirly yang membangun kembali hasrat saya untuk akrab dengan biola dan tanpa biola yang memberikan saya pelajaran berarti saya tidak akan pernah bisa menuliskan semua ini untuk tugas Bahasa Indonesia dan mungkin tulisan saya ini tidak akan pernah sampai ke tangan dosen Bahasa Indonesia saya.
*Tulisan ini saya buat pada 23 November 2010 untuk menambah nilai mata kuliah Bahasa Indonesia.