Sejak di rumah
ada masalah besar yang membuat saya merasa harus meninggalkan fasilitas yang
biasa menemani saya setiap hari pergi dan pulang kampus,hari ini tepat seminggu
saya tanpa fasilitas tersebut. Niat hati
mau dijemput setelah turun dari kereta di Stasiun Tebet,tapi ternyata harus
naik angkot karena orang yang janji menjemput saya tiba-tiba berhalangan. Jujur
saya sempet kesal karena tidak jadi dijemput, tapi gak adil kalau saya harus
kesal kepada seseorang untuk kesalahan yang tidak pernah dia rencanakan.
Akhirnya dengan lapang hati saya melangkahkan kaki menaiki metromini 52 jurusan
Tebet-Stasiun Cakung. Ketika metromini mengetem di kawasan Kp. Melayu ada dua
orang pemuda naik dan mulai bersenandung dengan diiringi gitar dan biola.
Awalnya saya sama sekali tidak tertarik dan lebih memilih untuk tidur namun
ketika di pertengahan lagu saya merasa mengenal cara khas menggesek biola yang
sedang dimainkan dan sayapun mengangkat kepala saya dan melihat ke arah kedua
pemuda tersebut,ternyata perkiraan saya benar. Saya mengenal salah satu pemuda
yang memainkan biola dan dia adalah Vhirly,seorang musisi jalanan yang saya
kenal sejak tiga tahun lalu tapi sudah dua tahun ini tak pernah saya jumpai
lagi.
Pertemuan saya
sore tadi dengan Vhirly mengingatkan saya pada biola yang tergantung di sudut
kamar. Mungkin karena gitar sudah tidak ada lagi,sehingga tangan saya mulai
merindukan memainkan alat musik atau mungkin saya sedang penat dengan rutinitas
dan semua masalah saya. Biasanya di saat-saat seperti ini saya memetik gitar
atau menggesek biola hanya untuk menghibur diri.
Sejak melihat
adik sepupu yang mahir bermain biola saya jadi sangat tertarik untuk bisa mahir
memainkan biola,dengan keinginan yang besar ketika saya kelas 2 SMA saya
meminta biola sebagai kado ulang tahun saya. Setahun biola itu saya diamkan
saja di kamar saya,tak pernah saya sentuh. Baru saya sentuh ketika saya
mengenal Vhirly tepat di awal saya naik ke kelas 3 SMA,saya mengenal dia di
dalam metromini 52. Ketika itu saya tertarik melihat dia yang sepenuh hati
bermain biola. Selesai dia mengamen saya langsung turun menghampiri dia,tanpa
malu saya memperkenalkan diri saya dan mengatakan dengan jujur kalau saya kagum
melihat dia bermain biola. Mulai dari perkenalan itulah akhirnya keinginan saya
bermain biola tersalurkan. Sampai enam bulan saya belajar biola dari Vhirly,akhirnya
sayapun sedikit-sedikit bisa bermain biola tapi hanya sekedar bisa,itupun hanya
bisa satu lagu saja,yaitu lagu “twinkle-twinkle
little star”.
Lalu karena
mendekati berbagai macam ujian kelulusan,saya semakin sibuk dengan semua
persiapan ujian. Mulai dari pendalaman materi sampai segala macam try out yang
diadakan oleh pihak sekolah harus saya ikuti, saya mulai tak lagi punya waktu
untuk datang menemui Vhirly di tempat kami biasa belajar biola. Sejak kesibukan
menghadapi berbagai macam ujian kelulusan,biola yang selama 6 bulan ada bersama
saya tiba-tiba terlupakan begitu saja dan sampai hari ini tergantung di sudut
kamar. Biola hanya sesekali saja saya mainkan,itupun tak pernah lama. Sepuluh
menit saja sudah bagus. Paling teman saya yang memainkan,kalau teman saya butuh
biola untuk suatu acara tertentu,mereka suka pinjam berhari-hari.
Yup! Biola
saya sudah sangat lama tergantung saja di sudut kamar,tak pernah tersentuh oleh
tangan saya. Dan baru sore ini,sejak saya kembali bertemu Vhirly hasrat untuk
kembali akrab dengan biola mulai tercipta,sayapun mulai memainkan biola saya
kembali dengan lagu yang sama dari awal saya mulai bisa bermain biola,yaitu “Twinkle-twinkle little star”. Agak kaku
memang suara gesekkan dari setiap dawainya tapi setiap denting suara yang
tercipta membuat semua rasa penat saya meluruh dan setiap dentingnya juga
menghamburkan kenangan pada seorang Vhirly,pemuda bersahaja dan penuh talenta
yang selalu bersyukur ketika harus hidup dalam kekurangan. Sayapun tersadar
kalau hidup itu penuh warna dan hati saya terasa begitu hangat.
Entah
bagaimana seandainya saja biola punya hati dan pikiran. Bisa saja dia sebal dan
kecewa ketika saya tak pernah menyentuhnya. Dan bisa saja sore ini sebenarnya
ia sangat marah karena saya menyentuhnya hanya waktu sedang penat dengan
rutinitas dan semua masalah yang ada. Kalau dia bisa bicara mungkin dia akan
bilang: “kalau ada maunya saja kamu datang menghampiri aku.”
Dari biola
saya belajar hal penting. Sekalipun saya melupakan selama beberapa waktu,biola
masih tetap memberi yang terbaik. Dawainya masih kuat dan tetap menghasilkan
suara yang jernih saat aku gesek. Biola adalah benda mati,sangat mudah untuk
tetap “memberi yang terbaik”. Tak akan pernah ada perasaan marah atau jengkel
yang mempengaruhinya saat ingin memberi yang terbaik. Saya pikir sama sekali
tidak ada salahnya kalau saya belajar dari sebuah benda mati seperti biola:
tetap memberi yang terbaik ketika saya dikecewakan,dilupakan,dihindari bahkan
dibenci sekalipun. Pertemuan saya sore ini dengan Vhirly menghasilkan buah
baik,saya kembali punya hasrat untuk akrab kembali dengan biola dan biola mengajarkan
saya untuk tetap memberikan semua yang terbaik dari dalam diri saya apapun
keadaan yang saya hadapi. Terima kasih Tuhan telah mempertemukan saya dengan
Vhirly,terima kasih Vhirly telah membangunkan kembali hasrat saya untuk akrab
kembali dengan biola saya dan terima kasih biola untuk pelajaran berharga yang
boleh saya dapat dari keberadaanmu. Tanpa Tuhan yang mempertemukan saya dengan
Vhirly,tanpa Vhirly yang membangun kembali hasrat saya untuk akrab dengan biola
dan tanpa biola yang memberikan saya pelajaran berarti saya tidak akan pernah
bisa menuliskan semua ini untuk tugas Bahasa Indonesia dan mungkin tulisan saya
ini tidak akan pernah sampai ke tangan dosen Bahasa Indonesia saya.
*Tulisan ini saya buat pada 23 November 2010 untuk menambah nilai mata kuliah Bahasa Indonesia.