yang membuat saya semakin trauma dengan senior adalah dia dan beberapa rekannya merasa patut dihargai atas keberadaannya sementara dia dan beberapa rekan sekerjanya tidak menghargai penjelasan saya ketika saya memberikan alasan kenapa saya berhak untuk tidak dikeluarkan dari lab [baca alasan saya supaya saya tidak dikeluarkan dari lab di postingan saya sebelumnya di http://indrianaharianja.blogspot.com/2010/09/bkt-beralih-fungsi.html]. Saya dikeluarkan karena saya memakai sendal [saya memakai sendal karena sikon yang mengharuskan bukan karena saya malas pakai sepatu] yang sebenarnya dalam tata tertib memasuki lab tidak ada larangan untuk memakai sendal dan tidak ada poin yang mengharuskan memakai sepatu tertutup,bisa cek tata tertib di http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/tata-tertib/ tapi ada satu poin yang membatasi yaitu berpakaian yang rapih dan sopan. waktu itu saya sudah memakai pakaian dengan rapi dan sopan,apakah hanya karena saya memakai sendal nilai kesopanan saya hilang dan saya tidak berhak mengikuti praktik sekalipun saya sudah menjelaskan kenapa alasan saya memakai sendal? [lagi pula minggu-minggu yang lalu teman-teman sekelas saya juga banyak yang memakai sendal tapi tidak pernah dipermasalahkan,kenapa giliran saya dipermasalahkan?] yang saya tau jawabannya adalah karena beberapa dari mereka memang sudah sensitif ke saya sejak praktikum minggu pertama,sungguh tidak objektif sekali mereka. disinilah saya melihat mereka sebagai senior yang sok berwibawa tapi tidak berwibawa. Lebih terlihat lagi ketika minggu berikutnya saya mengikuti praktikum pengulangan,ada beberapa praktikan dari kelas yang berbeda dengan saya yang mengikuti praktikum pengulangan mengenakan sendal bukan sepatu tapi mereka diperbolehkan masuk. saya juga melihat beberapa asisten mengenakan sendal.harusnya kan mereka yang dicontoh lebih rapih,tapi ternyata tidak. yang paling lucu lagi,ketika sedang beraktifitas di lab saya dengar suara salah satu staff perempuan bilang "kepada semua praktikan dilarang bermain hp" padahal salah satu asisten pria menggunakan hadset sambil mendengarkan lagu yang berdendang dari hp nya di kedua daun telinganya ketika dia menjelaskan kepada salah satu kelompok praktikan sehingga asisten tersebut menjelaskan dengan suara yang tidak normal,bisa dibilang seperti berbicara dengan orang yang pendengarannya kurang. harusnya kalau mau melarang praktikan lihat dulu apakah dia dan rekan-rekan kerjanya benar-benar tidak melakukan apa yang dia larang. jangan asal mau terlihat sok wibawa dan tegas padahal dirinya sendiri tidak konsekuen. bisanya hanya menuntut tapi tidak bisa jadi contoh untuk yang dituntut. kalo saya dengan emosi saya waktu itu mereka nilai sebagai seorang pembangkang saya juga berhak menilai mereka sebagai orang-orang yang tidak konsekuen [saya selalu memperhatikan bagaimana mereka di minggu-minggu berikutnya yang tidak konsekuen dengan ucapan. melarang praktikan memakai sendal tapi mereka yang harusnya jadi contoh justru banyak yang memakai sendal,melarang praktikan memainkan hp tapi mereka yang seharusnya juga tidak memainkan hp ketika memberikan penjelasan kepada praktikan justru asik bermain hp,mendengarkan mp3 (mungkin mereka pikir mereka keren)]
kalo ditanya kalian seperti apa
pasti saya jawab SAMPAH
kalo ditanya kenapa jawab saya begitu
karena kalian sangat menjijikan buat saya
menebar kata yang bijak seolah-olah orang bijaksana
tapi tak lama kemudian kata-kata bijak itu usang,kotor dan mengeluarkan bau seperti SAMPAH.
tak lagi bermakna dan saya sebut NOL BESAR.
ya itulah diri kalian buat saya SENIOR!
pasti saya jawab SAMPAH
kalo ditanya kenapa jawab saya begitu
karena kalian sangat menjijikan buat saya
menebar kata yang bijak seolah-olah orang bijaksana
tapi tak lama kemudian kata-kata bijak itu usang,kotor dan mengeluarkan bau seperti SAMPAH.
tak lagi bermakna dan saya sebut NOL BESAR.
ya itulah diri kalian buat saya SENIOR!